Senin, 31 Desember 2012

Allah Yang Menjamin Rezeki Kita


Allah Yang Menjamin Rezeki Kita

Allah Yang Menjamin Rezeki Kita 

Bismillah

Kisah Nabi Sulaiman memohon ijin untuk memberi makan Makhluq yang ada di dunia barang sehari saja.semoga bisa kita ambil hikmahnya.Pada suatu ketika, Nabi Sulaiman menyampaikan sebuah munajat kepada Allah Azza wa Jalla. Sebagai Nabi yang telah diberi keleluasaan untuk menguasai bangsa jin, hewan dan angin, serta dianugerahi harta kekayaan yang berlimpah, telah membuat Nabi Sulaiman merasa bahwa ia sanggup memberi makanan kepada setiap makhluk yang menjadi penduduk di kerajaannya. Oleh karena itu, ia bermunajat kepada Allah agar diberi izin untuk memberi makan pada setiap makhluk yang ada di kerajaannya selama satu tahun penuh.Allah Taala kemudian menjawab munajat Nabi Sulaiman tersebut dengan berfirman: "Engkau sekali-kali tak akan dapat melakukan haJ itu." Akan tetapi Nabi Sulaiman tetap bersikeras. Ia memohon kepada Allah agar diberi izin untuk membagikan makanan kepada seluruh makhluk hanya dalam tempo sehari saja. Maka Allah mengizinkan kepada Nabi Sulaiman melakukan hal itu untuk membuktikan kekuasaan-Nya.

Nabi Sulaiman segera melaksanakan hajatnya itu. Ia memerintahkan kepada anak buahnya agar membuat hidangan makanan yang jumlahnya memenuhi sebuah lapangan yang sangat besar. Saking besarnya lapangan itu, sampai-sampai dituturkan dalam riwayat tersebut, bahwa panjang hidangan makanan itu mencapai perjalanan satu bulan. Demikian pula halnya dengan jumlah ukuran lebarnya.Setelah mempersiapkan hidangan yang sangat banyak itu, Nabi Sulaiman memerintahkan kepada semua makhluk untuk mengelilingi hidangan itu, agar tidak menjadi rusak.
Usai Nabi Sulaiman menyiapkan segala sesuatunya, Allah berfirman kepadanya: "Makhluk manakah yang akan engkau suruh mulai menyantap makanan itu terlebih dahulu?"
Nabi Sulaiman menjawab: "Aku mohon agar Engkau menghadapkan penduduk darat dan sekaligus penduduk laut agar menyantap hidangan ini terlebih dahulu." Namun Allah tak segera menuruti apa yang dikatakan oleh Nabi Sulaiman tersebut. Allah hanya mendatangkan seekor ikan yang besar saja dari sekian banyak ikan yang hidup di laut.Ikan besar itu pun diletakkan Allah di hadapan hidangan yang telah disajikan oleh Nabi Sulaiman. Selanjutnya, ikan itu mengangkat kepalanya dan berbicara kepada Nabi Sulaiman."Hai Sulaiman., 

Sesungguhnya Allah telah menjadikan rezekiku berada di tanganmu hari ini," ujar ikan itu."Ambillah makanan itu hingga engkau merasa kenyang," kata Nabi Sulaiman. Ikan itu pun segera melahap hidangan yang telah disiapkan oleh Nabi Sulaiman. Hanya dalam hitungan detik, seluruh hidangan itu habis dilahap oleh sang ikan. Setelah hidangan habis, ikan itu berkata:"Hai Sulaiman, sesungguhnya aku belum merasa kenyang, meski telah menyantap seluruh hidangan yang engkau sajikan."Melihat kejadian itu, Nabi Sulaiman menjadi tersadar, bahwa sesungguhnya hanya Allah sajalah yang dapat memberi rezeki kepada seluruh makhluk-Nya hingga mereka merasa kenyang.
Sedangkan Nabi Sulaiman yang sudah menyiapkan makanan begitu banyak dan dengan susah payah, pada akhirnya toh tak dapat membuat satu ekor ikan pun merasakan kenyang.Apalagi jika ia menyuguhkan makanan kepada seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini. 

Tentunya, ia pun akan merasa sangat lelah dan tak mampu. Bahkan, untuk makanan seekor ikan saja, sang ikan tetap belum merasa kenyang dalam satu kali makan.Apalagi jika ia harus menyiapkan makanan untuk satu hari bagi ikan itu dan seluruh makhluk yang ada di bumi. Maka, sudah barang tentu, tak ada daya dan kekuatan pada seorang makhluk pun untuk dapat memberi rezeki kepada makhluk lainnya.
Hanya Allah Zat Yang Maha Memberi rezeki sajalah yang mampu melakukannya dengan sangat sempurna.Nabi Sulaiman pun akhirnya jatuh tersungkur dan bersujud di hadapan Allah. Ia menyadari betul di mana letak kelemahan- nya sebagai makhluk, yang notabene tak akan dapat melakukan sesuatu pun kecuali atas kehendak dan rahmat Allah. Dalam sujudnya itu, Nabi Sulaiman berkata: "Mahasuci Allah, Zat yang telah menanggung rezeki bagi seluruh makhluk yang diberi rezeki, tanpa Dia merasakannya sama sekali."Disadur dari buku Mutiara Hikmah, Kisah Para Kekasih Allah, karya Ummi Alhan Ramadhan 


Sumber http://www.untuk-islam.blogspot.com

3 Hal Yang Perlu Dilakukan dalam Perubahan


3 Hal Yang Perlu Dilakukan dalam Perubahan


Bismillah

Ada 3 kekuatan untuk melakukan perubahan :
 

1. Hati & Pikiran.
 

2. Kata-kata.

3. Tindakan..

Perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari kondisi yg negatif menuju ke arah yang positif. Dari derajad diri yang munkar menuju derajat diri yang ihsan. Dari derajad diri yg bodoh dan miskin, menuju derajad diri yang bermartabat.

Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49)


Dan sebelum merubah kondisi orang lain, ubah dulu kondisi diri :
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. 13 : 11).

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu... ”(QS. At Tahriim [66]: 6).

Ya, kita mungkin tidak punya kekuatan serta kekuasaan untuk merubah sesuatu yg di luar kita. Tapi yg pasti, kita mempunyai kekuasaan untuk merubah diri sendiri. Dan bila setiap diri mau berubah, maka seluruh dunia akan berubah menjadi lebih baik.

Jadi sebenarnya sederhana. Ketika kita ingin merubah situasi bangsa dan negara ke depan maka mulailah perubahan itu pada diri sendiri. Orang bijak berkata, "Everyone thinks of changing the world, but no one thinks of changing himself."

DAN YAKINLAH : BISMILLAH
TUHAN BESERTA ANDA....

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al ankabut [29]: 69).



Sumber http://www.untuk-islam.blogspot.com

Sabtu, 29 Desember 2012

Ukhti, kamu cantik sekali




Ukhti, kamu cantik sekali

Bismillah

Ukhti, kamu cantik sekali
Tapi hanya di mata manusia. Sedangkan yang Maha Kuasa tak pernah memandang rupa atau pun bentuk tubuh kita. Namun Ia melihat pada hati dan amal-amal yang dilakukan hamba-Nya.
Ukhti, kamu cantik sekali
Tapi cantik fisik tak akan pernah abadi. Saat ini para pesolek bisa berbangga dengan kemolekan wajah ataupun bentuk tubuhnya. Namun beberapa saat nanti, saat wajah telah keriput, rambut pun kusut dan berubah warna putih semua, tubuh tak lagi tegak, membungkuk termakan usia, tak akan ada lagi yang bisa dibanggakan. Lebih-lebih jika telah memasuki liang lahat, tentu tak akan ada manusia yang mau mendekat.
Ukhti, kamu cantik sekali
Tapi kecantikan hanyalah pemberian dan untuk apa dibangga-banggakan? Sepantasnya kecantikan disyukuri dengan cara yang benar. Mensyukuri kecantikan bukanlah dengan cara memamerkan, memajang gambar atau mengikuti bermacam ajang lomba guna membandingkan rupa, sedangkan hakekatnya wajah itu bukan miliknya.
Tidakkah engkau jengah bila banyak mata lelaki ajnabi yang memandangi berhari-hari? Tidakkah engkau malu ketika wajahmu dinikmati tanpa permisi karena engkau sendiri yang memajang tanpa sungkan. Ataukah rasa malu itu telah punah, musnah? Betapa sayangnya jika demikian sedangkan ia sebagian dari keimanan.
Ukhti, kamu cantik sekali
Tapi apa manfaat pujian dan kekaguman seseorang? Adakah ia akan menambah pahala dari-Nya? Adakah derajatmu akan meninggi di sisi Ilahi setelah dipuji? Tak ada yang menjamin wahai ukhti. Mungkin malah sebaliknya, wajah cantik itu menjadikanmu tak punya harga di hadapan-Nya, karena kamu tak mampu memelihara sesuai dengan ketentuan-Nya.
Ukhti, kamu cantik sekali
Kecantikan itu harta berharga, bukan barang murah yang bisa dinikmati dengan mudah. Dimana nilainya jika setiap mata begitu leluasa memandang cantiknya rupa. Dimana harganya jika kecantikan telah diumbar, dipajang dengan ringan tanpa sungkan. Dimana kehormatan sebagai hamba tuhan jika setiap orang, baik ia seorang kafir, musyrik atau munafik begitu mudah menikmati wajah para muslimah?
Ukhti, kamu cantik sekali
Alangkah indah jika kecantikan fisik itu dipadu dengan kecantikan hatimu. Apalah arti cantik rupawan bila tak memiliki keimanan. Apalah guna tubuh molek memikat bila tak ada rasa malu yang lekat. Cantikkan dirimu dengan cahaya-Nya. Cahaya yang bersinar dari hati benderang penuh keimanan. Hati yang taat senantiasa patuh pada syariat. Hati yang taqwa, yang selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Hati yang sederhana, yang tak berlebihan dalam segala urusan dunia.
Ukhti, kamu cantik sekali
Maka tampillah cantik di hadapan penciptamu karena itu lebih berarti dari pada menampilkan kecantikan pada manusia yang bukan muhrimmu
Tampillah cantik di hadapan suamimu, karena itu adalah bagian dari jihadmu. Mengabdi pada manusia yang kamu kasihi demi keridhoan Ilahi.
Tampillah cantik, cantik iman, cantik batin, cantik hati, karena itu lebih abadi.
( FB : Ummu Zufar )


Sumber http://virouz007.wordpress.com

Jadilah Seperti Lebah

 
rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)
Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Sehingga di mana pun dia berada, kemana pun dia pergi, apa yang dia lakukan, peranan dan tugas apa pun yang dia pikul akan selalu membawa manfaat dan maslahat (kebaikan) bagi manusia lain. Maka jadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., “Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.”
Untuk menjadikan kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera sangat memerlukann manusia-manusia seperti itu. Dalam keadaan apa sekalipun, dia akan membuat yang terbaik; apa pun peranan dan tugas yang diberikannya, dia akan menjadi manusia dan keadaan di sekelilingnya menjadi bahagia dan sejahtera.
Maka, sifat-sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah saw. dengan pernyataanya dalam hadits di atas mengisyaratkan agar kita meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah.
Tentu saja, sifat-sifat itu sendiri memang merupakan ilham dari Allah swt. seperti yang Dia firmankan, “Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 68-69)
Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang mukmin, contohnya seperti ini:
Hinggap di tempat yang bersih dan menghirup apa hanya yang bersih saja.
Lebah hanya hinggap di tempat-tempat terpilih saja. Lebah sangat jauh berbeda dengan lalat. Lalat sangat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih yang mengandungi bahan madu atau nektar.
Begitulah pula sifat seorang mukmin. Allah swt. berfirman:
Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah: 168)
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A’raf: 157)
Mengeluarkan yang bersih.
Siapa yang tidak tahu madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat yang banyak untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Lebah sangat kaya dengan kebaikan, sedangkan dari organ tubuh pada binatang lain, mereka hanya mengeluarkan sesuatu yang menjijikan.
Begitu juga seorang mukmin, kita haruslah menjadi manusia yang produktif dengan kebaikan. “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan (khair), supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al-Hajj: 77)
Al-khair adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat di atas bukan merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, perintah ke arah ibadah ritual sudah terwakili dengan kalimat “rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu” (irka’u, wasjudu, wa’budu rabbakum). Al-khair di dalam ayat itu justru bermakna kebaikan atau kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya.
Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan. Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali yang baik; perilakunya tidak menyengsarakan orang lain melainkan justru membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar kemanfaatan manusia.
Tidak pernah merusakkan.
Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan kerusakan dalam apa-apa hal sekalipun: baik secara fisikal maupun tidak.. Bahkan dia melakukan pembaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha menghentikan kezaliman itu.
Bekerja keras
Lebah adalah pekerja yang bekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras?
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Alam Nasyrah: 7)
Kerja keras dan semangat pantang menyerah itu lebih-lebih lagi dituntut lagi dalam menegakkan keadilan. Karena, meskipun memang ramai manusia yang cinta keadilan, namun kebanyakan manusia –kecuali yang mendapat rahmat Allah– tidak suka jika dirinya rugi dalam menegakkan keadilan.
Bekerja secara jama’i dan tunduk pada satu pimpinan
Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengundang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaff: 4)


Sumber http://virouz007.wordpress.com

Saat Sayyidina Ali Telat Subuh Berjamaah

Saat Sayyidina Ali Telat Subuh Berjamaah
Bismillah
Dini hari itu Ali bin ABi Thalib bergegas bangun untuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah di masjid bersama Rasulullah. Rasulullah tentulah sudah berada di sana. Rasanya, hampir tidak pernah Rasulullah keduluan orang lain dalam berbuat kebaikan. Tidak ada yang istimewa karena memang itulah aktivitas yang sempurna untuk memulai hari, dan bertahun-tahun lamanya Ali bin Abi Thalib sudah sangat terbiasa.

Langit masih gelap, cuaca masihlah dingin, dan jalanan masih pula diselimuti kabut pagi yang turun bersama embun. Ali melangkahkan kakinya menuju masjid. Dari kejauhan, lamat-lamat sudah terdengar suara Bilal memanggil-manggil dengan adzannya yang berkumandang merdu ke segenap penjuru Kota Madinah.Namun belumlah begitu banyak melangkah, di jalan menuju masjid, di hadapannya ada sesosok orang. Ali mengenalinya sebagai seorang kakek tua yang beragama Yahudi. Kakek tua itu melangkahkan kakinya teramat pelan sekali. Itu mungkin karena usianya yang telah lanjut. Tampak sekali ia sangat berhati-hati menyusuri jalan.

Ali sebenarnya sangat tergesa-gesa. Ia tidak ingin tertinggal mengerjakan shalat tahyatul masjid dan qabliyah Subuh sebelum melaksanakan shalat Subuh berjamaah bersama Rasulullah dan para sahabat lainnya.

Ali paham benar bahwa Rasulullah mengajarkan supaya setiap umat muslim menghormati orang tua. Siapapun itu dan apapun agamanya. Maka, Ali pun terpaksa berjalan di belakang kakek itu. Tapi apa daya, si kakek berjalan amat lamban, dan karena itu pulalah langkah Ali jadi melambat. Kakek itu lemah sekali, dan Ali tidak sampai hati untuk mendahuluinya. Ia khawatir kalau-kalau kakek Yahudi itu terjatuh atau kena celaka.

Setelah sekian lamanya berjalan, akhirnya waktu mendekati masjid, langit sudah mulai terang. Kakek itu melanjutkan perjalanannya, melewati masjid.

Ketika memasuki masjid, Ali menyangka shalat Subuh berjamaah sudah usai. Ia bergegas. Ali terkejut sekaligus gembira, Rasulullah dan para sahabat masih rukuk pada rakaat yang kedua. Berarti Ali masih punya kesempatan untuk memperoleh shalat berjamaah. Jika masih bisa menjalankan rukuk bersama, berarti ia masih mendapat satu rakaat shalat berjamaah.

Sesudah Rasulullah mengakhiri shalatnya dengan salam, Umar bin Khattab memberanikan diri untuk bertanya. “Wahai Rasulullah, mengapa hari ini shalat Subuhmu tidak seperti biasanya? Ada apakah gerangan?”

Rasulullah balik bertanya, “Kenapakah, ya Umar? Apa yang berbeda?”

“Kurasa sangat lain, ya Rasulullah. Biasanya engaku rukuk dalam rakaat yang kedua tidak sepanjang pagi ini. Tapi tadi itu engkau rukuk lama sekali. Kenapa?”

Rasulullah menjawab, “Aku juga tidak tahu. Hanya tadi, pada saat aku sedang rukuk dalam rakaat yang kedua, Malaikat Jibril tiba-tiba saja turun lalu menekan punggungku sehingga aku tidak dapat bangun iktidal. Dan itu berlangsung lama, seperti yang kau ketahui juga.”

Umar makin heran. “Mengapa Jibril berbuat seperti itu, ya Rasulullah?”

Nabi berkata, “Aku juga belum tahu. Jibril belum menceritakannya kepadaku.”

Dengan perkenaan Allah, beberapa waktu kemudian Malaikat Jibril pun turun. Ia berkata kepada Nabi saw., “Muhammad, aku tadi diperintahkan oleh Allah untuk menekan punggungmu dalam rakaat yang kedua. Sengaja agar Ali mendapatkan kesempatan shalat berjamaah denganmu, karena Allah sangat suka kepadanya bahwa ia telah menjalani ajaran agamaNya secara bertanggung jawab. Ali menghormati seorang kakek tua Yahudi. Dari pegnhormatannya itu sampai ia terpaksa berjalan pelan sekali karena kakek itupun berjalan pelan pula. Jika punggungmu tidak kutekan tadi, pasti Ali akan terlambat dan tidak akan memperoleh peluang untuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah denganmu hari ini.”

Mendengar penjelasan Jibril itu, mengertilah kini Rasulullah. Beliau sangat menyukai perbuatan Ali karena apa yang dilakukannya itu tentunya menunjukkan betapa tinggi penghormatan umat Islam kepada orang lain. Satu hal lagi, Ali tidak pernah ingin bersengaja terlambat atau meninggalkan amalan shalat berjamaah. Rasulullah menjelaskan kabar itu kepada para sahabat.

Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini
 
Sumber http://virouz007.wordpress.com

KISAH POHON APPEL





KISAH POHON APPEL

Bismillah



Sebagian dari kita mungkin sudah pernah membaca cerita ini tapi apa salahnya saya muat kembali di pages ini buat saudara-saudara kita yang belum pernah membaca cerita ini dan sebagai bahan review buat yang sudah pernah membaca. Semoga bermanfaat………
Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar.Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya.
Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut. Masa berlalu… anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
” Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja itu.
” Aku mau permainan. Aku perlu uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih.
Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan.”
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.
Masa berlalu…
Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku?” Tanya anak itu.
“Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.” Pohon apel itu memberikan cadangan. Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong ke semua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai perahu. Bolehkah kau menolongku?” Tanya lelaki itu.
“Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata pohon apel itu.
Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.
Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin di mamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.
“Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat perahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.
“Aku tidak mahu apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu kerana aku tidak berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.
“Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.
Tahukah kamu. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan di dalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapak kita. Saat kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita di dalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapak mereka.
Hargailah jasa ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa menyambut hari ibu dan hari bapak setiap tahun.
Allah SWT berfirman :
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” [Q.S 46:15]
Belum ada kata terlambat untuk kembali berbakti kepada kedua orang tua kita biarpun mereka sudah tidak ada di dunia fana ini….MARI


Sumber http://virouz007.wordpress.com

KISAH 1 GELAS SUSU

KISAH 1 GELAS SUSU

Bismillah

Suatu hari, seorang anak miskin yang berjualan dari rumah ke rumah untuk membiayai sekolahnya merasa sangat lapar tapi hanya mempunyai uang satu sen. Ia memutuskan untuk minta makan di rumah berikutnya, namun segera kehilangan keberaniannya ketika seorang gadis cantik telah membukakan pintu. Sebagai gantinya ia minta air.Gadis itu melihat bahwa si anak kecil tampak kelaparan, ia lalu membawakannya segelas besar susu. Anak itu pun meminumnya perlahan-lahan.
“Berapa harus kubayar segelas susu ini?” kata anak itu.
“Kau tidak harus membayar apa-apa,” jawab si gadis. “Ibu melarangku menerima pembayaran atas kebaikan yang kulakukan.”
“Bila demikian, ku ucapkan terima kasih banyak dari lubuk hatiku.”
Howard Kelly lalu meninggalkan rumah itu.
Ia tidak saja lebih kuat badannya, tapi keyakinannya kepada Alloh dan kepercayaannya kepada sesama manusia menjadi semakin mantap. Sebelumnya ia telah merasa putus asa dan hendak menyerah pada nasib.
Beberapa tahun kemudian gadis itu menderita sakit parah.
Para dokter setempat kebingungan sewaktu mendiagnosa penyakitnya. Mereka lalu mengirimnya ke kota besar dan mengundang beberapa dokter ahli untuk mempelajari penyakit langka si pasien. Dokter Howard Kelly akhirnya dipanggil ke ruang konsultasi untuk dimintai pendapat.
Ketika mendengar nama kota asal si pasien, terlihat pancaran aneh di mata Dokter Kelly.
Ia segera bangkit lalu berjalan di lorong rumah sakit dengan berpakaian dokter untuk menemui si pasien. Dokter Kelly segera mengenali wanita sakit itu. Ia lalu kembali ke ruang konsultasi dengan tekad untuk menyelamatkan nyawanya.
Sejak hari itu Dokter Kelly memberikan perhatian khusus pada kasus si pasien. Setelah dirawat cukup lama, akhirnya si pasien bisa disembuhkan. Dokter Kelly meminta kepada bagian keuangan agar tagihan rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui sebelum diserahkan kepada si pasien.
Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke kantor Dokter Kelly. Ia mengamati sejenak lalu menuliskan sesuatu di pinggirnya. Tagihan itu kemudian dikirimkan ke kamar pasien.
Si pasien takut membuka amplop nota tagihan karena yakin bahwa untuk dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya.
Akhirnya, tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada tulisan di pinggir tagihan itu :
Telah dibayar lunas dengan segelas susu
Tertanda
DR. Howard Kelly

Air mata bahagia membanjiri mata si pasien. Ia berkata dalam hati,“Terima kasih Alloh, cinta-Mu telah tersebar luas lewat hati dan tangan manusia.” 


Sumber http://virouz007.wordpress.com

ILMU DAN HARTA


ILMU DAN HARTA

Bismillah

1. Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta warisan si Qorun.
2. Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta haruslah kau yang menjaganya.
3. Pemilik ilmu punya banyak teman, sedangkan pemilik harta punya banyak musuh.
4. Jika ilmu dipergunakan akan bertambah, sedangkan harta dipergunakan akan berkurang.
5. Ilmu takkan pernah tercuri, sedangkan harta mudah dicuri.
6. Pemilik ilmu akan selalu disebut mulia dan terhormat, sedangkan pemilik harta akan disebut pelit dan rakus.
7. Ilmu itu abadi, sedangkan harta akan musnah.
8. Ilmu akan menyinari hati, sedangkan harta akan mengeraskan hati.
9. Pemilik ilmu akan diberi syafa’at di akhirat, sedangkan pemilik harta akan dihisab.
10. Pemilik ilmu akan dimuliakan walaupun sedikit ilmunya, sedangkan pemilik harta disebut besar setelah banyak hartanya.

Sumber http://virouz007.wordpress.com

Jumat, 28 Desember 2012

CERITA KISAHKU




Bismillah

Ada cerita dari sebuah kisah hidupku
hatiku kecilku bertanya cobaan apa yang paling berat?
Dan hatiku menjawab cobaan melawan hati/hawa nafsu,
apakah itu memang benar?

Jujur aku pernah mengalami kisah cinta yang begitu indah namun sekarang tidak lagi begitu indah karena tidak selamannya akan indah sebab hidup di dunia ini TIDAK ada yang abadi...

Hati aku tidak menerimannya sewaktu hal itu terjadi pada diriku, namun aku menyadari seberapa pun aku sampai menangis, memohon jika memang dia bukan jodohku maka tidak akan pernah bersama dan mesti ingat Allah mengasih apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan..

Misalnnya :
Aku minta kepada Allah setangkai bunga segar,
tapi Allah memberiku kaktus berduri...
Aku minta kepada Allah hewan mungil nan cantik,
tapi Allah memberiku ulat berbulu...
Aku sedih, kecewa dan bertanya-tanya. ..
Betapa tidak adilnya Allah kepadaku. Namun seiring dengan berjalannya waktu...
Kaktus itu berbunga indah...
bahkan sangat indah.
Dan ulat berbulu itu tumbuh dan berubah, menjadi
kupu-kupu yang amat cantik...
Inilah jalan Allah...
Semua indah pada waktunya...
Allah tidak memberi apa yang kita inginkan,
Tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan..


Mungkin hanya satu hal yang tau Allah memberi seseorang yang belum tepat itu karena mungkin dari situ kita bisa membuat sadar akan apa yang kita lakukan itu salah, dan Alhamdulillah semua menyadarkan aku dengan sepenuhnnya..

Aku mungkin membutuhkan agama dan iman yang kuat mungkin karena lemah, itu menandakan Allah sayang sama aku dan yang pasti untuk membuktikan kesayangannya Allah itu aku menjadi, alhamdulillah barubah dan iman aku menjadi kuat dan mungkin Allah sudah mempersiapkan Wanita yang pas dengan keadaanku yang sekarang, yang lebih baik itu pasti dan mungkin yang tidak di sangka lagi lebih cantik dari yang sebelumnya..

Atau mungkin jika memang dia titipan Allah untuk aku mungkin aku belum sabaik itu sehingga untuk mencocokannya aku diberi cobaan yang seperti ini.. Hanya Allah yang tau manusia hanya merencanakan dan semuannya tidak ada yang mustahil jika Allah sudah menghendakinnya...

Aku mengharapkan dia yang terbaik untukku hanya yang aku tanamkan ialah kesabaran, do'a, keyakinan, dan perbaikan diri Insya Allah jika yang terbaik pasti akan menjadi baik begitupun juga sebaliknnya..

karena aku sadar hidup itu yang menentukan esok hari bagaimana  tergantung gimana kita menyikapi hari sekarang, bisa di sebut dengan sebab akibat...

Karena Allah menerangkan firmannya :
Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang
tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk
wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk
lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang
baik.(Qs. An-Nur:26)


Namun bagiku sangatlah berat menghadapi cobaan hati ini,namun aku mesti harus tetap tersenyum karena semua itu PASTI BERLALU tidak ada keabadian, senang, sedih, duka, lara semua itu bumbu kehidupan...

Harus tetap menyakinkn bahwa tempat mengadu hanyalah kepada Allah semata...mesti di ingat minta harapan hanya kepada Allah Insya Allah tidak mengecewakan..

Berdoalah wahai jiwaku untuk yang terbaik karena hidup hanya satu kali buatlah menjadi lebih berarti..

Mungkin dapat yang di ambil hikmah dari pelajaran hidupku baik yang belum terjadi maupun yang sudah di alami sobat semua...

1. Pacaran

Di dalam islam menegaskan bahwa umat islam itu nga ada yang namannya pacaran, namun sangatlah sulit di jaman yang sekarang ini, jika belum bisa ikhlas lebih baik cari ilmu, gapai apa yang mestinya tujuan kita karena Allah sudah menyiapkan jodoh kita jika memang kita sudah siap buat menbangun peradaban kecil ( keluarga )


2. Keyakinan

kita mesti berprasangka baik sama Allah bahwa YAKINKANLAH apa yang Allah berikan itu melainkan buat kebaikan kita sendiri..



Semoga bermanfaat

By AbzZahro

MOTIVASI


MOTIVASI
Bismillah

Tuhan jawab doa dalam 3 cara: YA, Dia berikan
yang kamu minta; TIDAK, Dia akan beri yang lebih
baik; TUNGGU, Dia akan beri yang terbaik

jadilah manusia yang pada saat kelahiranmu
semua orang tertawa bahagia, tapi hanya kamu
sendiri yang menangis. Dan pada saat kematianmu
semua orang menangis sedih, tapi hanya kamu
sendiri yang tersenyum.

ika kamu takut melangkah, lihatlah bagaimana
seorang bayi yang mencoba berjalan. Niscaya
akan kau temukan, bahwa setiap manusia pasti
akan jatuh. Hanya manusia terbaik lah yang
mampu bangkit dari ke jatuhannya.

Apapun yang terjadi pada anda esok hari itu
karena apa yang anda lakukan hari ini.

Betapa sulitnya manusia bersyukur atas nafas
yang masih berhembus di badan. Namun betapa
mudahnya manusia mengeluh hanya karena
kakinya menginjak kotoran.

Lebih mudah untuk melawan ribuan orang
bersenjata lengkap dibandingkan melawan
kesombongan diri sendiri.

Lihatlah orang-orang yang dibawahmu dalam
usrusan harta dunia, dan jangan sekali-kali melihat
yang berada di atasmu, supaya kamu tidak
meremehkan karunia Allah yang diberikan
kepadamu. (Nabi MUHAMMAD SAW).

Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu
nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu
sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi
kekasihmu. (Ali bin Abi Thalib)

Jangan terlalu lama menangisi apa yg telah terjadi.
Hal yg kamu tangisi saat ini mungkin hal yang akan
kamu syukuri suatu saat nanti. Jika kamu meninggalkan
seseorang, berikanlah
alasan. Tak ada yg lebih menyakitkan daripada
ditinggalkan tapi tak ada penjelasan. Dalam hidup, anda tak akan selalu mendapatkan
apa yang paling anda inginkan, terkadang anda
hanya mendapat pelajaran yang sebenarnya lebih
anda butuhkan.

Orang yang suka berkata jujur akan
mendapatkan 3 hal, yaitu : KEPERCAYAN,
CINTA dan RASA HORMAT (Sayidina Ali
bin Abi Thalib)

“Ambillah nasihat baik dari orang yang
mengucapkannya meskipun ia tidak
mengamalkannya”


Dari berbagai Sumber

Kamis, 27 Desember 2012

Dimana Allah?





 

Dimana Allah?

Dimana Allah? Jika dijawab “Allah di atas Arsy” atau “Allah di langit”, maka benar. Dan ini bukan hanya jawaban budak perempuan dan ulama yang mumpuni. Bahkan ini jawaban Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Lalu Allah bersemayam di atas ‘Arsy.” [Al-A’raaf: 54]. Juga dalam ayat lain: “ Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy.” [Thaahaa: 5]. Ini pula pernyataan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam:
“Apakah kalian tidak mempercayaiku, sedangkan aku dipercaya oleh Allah yang ada di atas langit?” [Muttafaqun 'Alaihi]
Jika dijawab “Sesungguhnya Allah itu dekat” maka ini pun benar. Sesuai dengan firman Allah Ta’ala yang artinya:
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu.” [QS. Al-Baqarah: 186]. Namun maksud qoriib (dekat) dalam ayat ini bukan Dzat Allah, namun ilmu-Nya. Dalilnya adalah sehingga lanjutan ayat yg artinya “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu“. Ini menunjukkan bahwa dekatnya Allah dalam hal kekuasaan Allah untuk mendengar setiap doa manusia dan mengabulkannya, dan ini adalah ilmu Allah. Dalil lain adalah sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam:
“… Sesungguhnya Allah Yang engkau berdo’a kepada-Nya, lebih dekat kepada seseorang di antara kamu daripada leher binatang tunggangannya.” [Muttafaqun'alaih]
Sekali lagi dalam dalil ini mengaitkan sifat Dekat Allah dengan doa. Maka jelas, yang dimaksud dekatnya Allah bukanlah Dzat-Nya.
Dan ini bukanlah ta’wil, bahkan merupakan tafsir dari ayat, yang artinya:
“Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia istiwa’ (bersemayam) di atas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Al-Hadiid: 4]
Dan dijelaskan oleh para ulama, bahwa ma’iyah (kebersamaan) di sini bukan berarti Dzat Allah menyatu atau menempel dengan makhluqnya. Hal ini ditunjukkan dari sisi bahasa, sebagaimana perkataan dalam bahasa arab yang artinya ‘musafir berjalan bersama bulan’ maka tidak berarti ia menyatu dengan bulan. Hal ini juga telah menjadi ijma ulama (dan ijma adalah dalil) bahwa ma’iyatullah tidak melazimkan bersatunya Dzat Allah dengan makhluq-Nya.
Ringkasnya, tidak ada pertentangan antara dalil-dalil yang menunjukkan Allah itu di atas Arsy dan yang menunjukkan Allah itu dekat.
Ana kutipkan perkataan Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di (salah seorang ulama mumpuni): “Apa yang telah dituturkan Al-Qur-an dan As-Sunnah, bahwa Allah dekat dan bersama makhluk-Nya, tidaklah bertentangan dengan yang Allah firmankan, bahwa Allah Mahatinggi dan bersemayam di atas ‘Arsy, karena tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam segala Sifat-Sifat-Nya. Dia Mahatinggi dalam kedekatan-Nya, tetapi dekat dalam ketinggian-Nya” (at-Tanbiihaatul Lathiifah (hal. 63-66)
Wallahu’alam

Sumber http://amininoorm.wordpress.com

Inilah Sebab Utama Kebahagiaan Dunia-Akhirat

 inilah Sebab Utama Kebahagiaan Dunia-Akhirat

Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam teruntuk hamba dna utusan-Nya, Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Sebab paling pokok dan paling utama kebahagiaan hidup dunia dan akhirat adalah iman dan amal Shalih. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Nahl: 97)
Allah mengabarkan dan menjanjikan kepada orang yang menggabungkan antara iman dan amal shalih dengan hayah thayyibah (kehidupan yang baik) di dunia dan balasan yang lebih baik di Daar Qarar (negeri dunia dan degeri keabadian/akhirat)
Hayah Thayyibah diperoleh dalam bentuk tenangnya hati dan tentramnya jiwa serta tidak disibukkan dengan godaan-godaan yang memalingkan hatinya. Bentuk lainnya, Allah memberikan rizki yang halal lagi baik kepadanya dari jalan yang tak disangka-sangka.
Ali bin Abi Thalib menafsirkannya dengan qana'ah (merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah).
Al-Dhahak berkata, "Ia (hayah thayyibah) adalah rizki halal dan ibadah di dunia." Dalam perkataan beliau yang lain, "Ia adalah amal ketaatan dan senang dengannya."
Yang benar menurut Ibnu Katsir, Hayah Thayyibah mencakup semua ini secara keseluruhan. hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih, "Sungguh beruntung orang yang telah masuk islam, diberi rizki yang cukup, dan diberikan rasa cukup (qana'ah) oleh Allah atas apa yang telah diberikan kepadanya." (HR. Muslim, al-Tirmidzi dan Ahmad)
Imam Ahmad meriwayatkan dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إن الله لا يظلم المؤمن حسنة يعطى بها في الدنيا ويثاب عليها في الآخرة وأما الكافر فيعطيه حسناته في الدنياحتى إذا أفضى إلى الآخرة، لم تكن له حسنة يعطى بها خيرًا
"Sesungguhnya Allah tidak menzalimi kebaikan seorang mukmin, ganjarannya diberikan di dunia dan dibalas di akhirat. Adapun orang kafir, semua kebaikan-kebaikannya diberikan balasannya di dunia sehingga apabila di kahirat tidak ada lagi balasan kebaikan yang akan diberikan kepadanya."
. . . Sesungguhnya iman adalah syarat sah dan diterimanya amal shalih. Bahkan, tidaklah disebut amal shalih kecuali dengan iman. . .
Perpaduan Iman dan Amal Shalih
Sesungguhnya iman adalah syarat sah dan diterimanya amal shalih. Bahkan, tidaklah disebut amal shalih kecuali dengan iman. Sementara iman menuntut amal shalih. Yakni keyakinan yang mantap yang membuahkan amal shalih oleh anggota tubuhnya berupa mengerjakan amal-amal wajib dan sunnah. Maka siapa yang menggabungkan antara iman dan amal shalih, "maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Nahl: 97)
Al-Imam Abu Bakar Muhammad bin Husain al-Ajuri al-Syafi'I berkata: "Ketahuilah oleh kalian –semoga Allah merahmati kami dan kalian- wahai Ahlul Qur'an, wahai Ahlul Ilmi, wahai Ahlus Sunan wal Atsar, dan wahai orang-orang yang telah Allah 'Azza wa Jalla  beri taufiq dalam dien ini berupa pengetahuan halal dan haram, Jika kalian mentadaburi Al-Qur'an sebagaimana Allah 'Azza wa Jalla  telah perintahkan kepada kalian pastilah kalian tahu bahwa Alah 'Azza wa Jalla  telah mewajibkan kepada kaum mukminin beramal (shalih) sesudah mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dan sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla  tidaklah Allah memuji dan memberikan keridhaan kepada orang-orang beriman serta memasukkan mereka ke dalam surga dan menjauhkan mereka dari neraka kecuali dengan iman dan amal shalih. Allah telah menggandengkan amal shalih bersama iman. Allah tidak memasukkan mereka ke surga hanya dengan klaim iman semata sehingga mereka menggabungkan amal shalih yang telah Allah beri beri taufiq kepadanya ke dalam imannya. Sehingga jadilah iman seseorang itu tidak sempurna kecuali ia membenarkan dengan hatinya, mengucapkan dengan lisannya, dan mengamalkan iman dengan anggota badannya. Tidak diragukan lagi, siapa yang meneliti Al-Qur'an ia akan mendapatkan sebagaimana yang telah aku sebutkan.
Ketahuilah –semoga Allah merahmati kami dan kalian- sungguh aku telah meneliti isi Al-Qur'an, aku dapatkan di 59 tempat  dari Kitabullan 'Azza wa Jalla  apa yang telah aku sebutkan. Bahwa Allah Tabaraka Wa Ta'ala tidak memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman semata. tetapi Allah masukkan mereka ke dalam surga dengan rahmat-Nya kepada mereka dan dengan taufiq-Nya kepada mereka berupa iman dan amal shalih."
. . . Allah tidak memasukkan mereka ke surga hanya dengan klaim iman semata sehingga mereka menggabungkan amal shalih yang telah Allah beri beri taufiq kepadanya ke dalam imannya. . .
Kemudian beliau menyebutkan beberapa ayat Al-Qur'an, di antaranya:
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal shalih, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya." (QS. Al-Baqarah: 25)
وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى
"Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)." (QS. Thaahaa: 25)
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
"Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun." (QS. Al-Nisa': 124)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Nahl: 97)
'Iman' Semata Belum Cukup
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mewanti-wanti hambanya agar tidak beragama seperti orang Ahli kitab terdahulu. Beragama mereka berhenti pada klaim dan kebanggaan semata. Mereka tidak ikuti pengakuan iman dengan ketundukan diri untuk taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan:"Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?"." (QS. Al-Maidah: 18) 
Imam Qatadah, al-Dhahak, dan selainnya berkata: Kaum muslimin (para sahabat Nabi) dan ahli kita saling berbangga. Ahlu Kitab berkata, "Nabi kami sebelum nabi kalian dan kitab kami sebelum kitab kalian, karenanya kami lebih mulia di sisi Allah dari kalian." Kaum muslimin menjawab, "Kami lebih mulia di sisi Allah daripada kalian karena nabi kami adalah penutup para nabi dan kita kami menjadi pemutus atas kitab-kita sebelumnya." Kemudian Allah turunkan,
لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
"(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah." (QS. Al-Nisa': 123)
Kemudian Allah sebutkan siapa yang akan mulia disi Allah dan berhak memasuki surga-Nya,
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
"Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun." (QS. Al-Nisa': 124)
. . . berislam itu tidak cukup dengan berhayal dan berangan-angan semata. Tapi harus ada aksi nyata dari keislamannya, berupa ketundukan diri dan keiskhlasan untuk mengerjakan ketaatan dan amal shalih. . .
Kesimpulannya
Kebahagiaan di dunia dan akhirat didapatkan dengan iman dan amal shalih. Klaim iman yang kuat namun kosong dari amal shalih tidaklah mendatangkan manfaat bagi pelakunya. Sehingga ia menggabungkan amal shalih dalam imannya.
Dari sini kita tahu, berislam itu tidak cukup dengan berhayal dan berangan-angan semata. Tapi harus ada aksi nyata dari keislamannya, berupa ketundukan diri dan keiskhlasan untuk mengerjakan ketaatan dan amal shalih. Siapa yang sedikit amalnya tidak akan menjadi mulia hanya karena keturunannya, jabatannya, atau kekayaannya. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

Minta Didoakan Saat Memberikan Sedekah, Bolehkah?

 

Minta Didoakan Saat Memberikan Sedekah, Bolehkah?


Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Di antara kebiasaan sebagian orang saat memberikan sedekah kepada fakir miskin atau anak yatim, ia meminta didoakan. Beragam cara meyerahkan sedekah tersebut. Dan beragam pula isi doa yang diminta, dari kebaikan urusan dunia sampai urusan akhirat. Apakah meminta didoakan semacam ini dibolehkan?
Jika permintaan tersebut adalah sesuatu yang biasa, artinya tidak ada unsur penghinaan dan menyusahkan yang diberi maka tidak mengapa. Karena terdapat dalil yang menjelaskan bahwa orang yang bersedekah itu didoakan kebaikan untuknya.
Allah Ta'ala berfirman,
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Taubah: 103)
Di dalam shahihain, dari hadits Abdullah bin Abi Aufa: Apabila ada satu kaum datang kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan membawa sedekahnya, maka beliau berdoa: Allaahumma Shalli 'Alaihim (Ya Allah limpahkan shalawat atas mereka.) lalu datanglah ayahku, Abu Aufa dengan membawa sedekahnya, lalu Nabi berdoa:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِي أَوْفَى
"Ya Allah, limpahkan shalawat (ampunan) atas keluarga Abu Aufa." (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam al-Bukhari membuat bab dalam shahihnya, "Bab shalawat iman dan doanya untuk pemilik shadaqah (pensedekah)". Imam Muslim juga menulis bab atas hadits di atas dengan redaksi: Bab Du'a untuk orang yang datang membawa shadaqah.
Imam al-Nawawi berkata, "Yang masyhur dalam Madhab kami dan madhab para ulama secara keseluruhan, bahwa doa untuk orang yang menyerahkan zakat adalah sunnah mustahabbah."
. . . yang lebih utama dan sempurna orang yang bersedekah tidak meminta didoakan oleh orang yang diberi sedekah; karena hal itu lebih sempurna pahalanya. . .
Meminta didoakan juga tidak bertentangan dengan firman Allah,
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
"Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (QS. Al-Insan: 9)
Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini, "Maksudnya: mereka memberi makan kepada orang-orang sementara mereka sendiri membutuhkan dan menyukai makanan terebut. Mereka berkata dengan lisan hal: " Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah." Maksudnya: mengharap pahala dan keridhaan Allah. "Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih," maksudnya: kami tidak meminta balasan (materi) yang setimpal dan tidak berharap kalian berterima kasih kepada kami di depan manusia."
Maka meminta doa tidaklah berlawanan dengan isi ayat di atas karena ia tidak meminta balasan duniawi dan tidak pula pujian serta sanjungan di hadapan manusia.
Namun tentunya, yang lebih utama dan sempurna orang yang bersedekah tidak meminta didoakan oleh orang yang diberi sedekah; karena hal itu lebih sempurna dan mengekalkan pahalanya.
. . . Maka yang paling utama seseorang bersedekah dengan tetap memuliakan orang yang diberi serta tidak membuat mereka susah. Jika perlu sedekah yang dikeluarkannya diantar ke rumah orang yang diberi. . .
Jika Permintaan Tersebut Menyusahkan
Terkadang orang yang memberikan sedekah kepada orang miskin atau anak yatim mengumpulkan mereka di satu majelis dan meminta mereka duduk lama di situ untuk melantunkan zikir dan doa-doa kebaikan untuk dirinya. Jika demikian, maka permintaan tersebut bisa berakibat menghinakan kaum fuqara' dan yatama di hadapan manusia, sehingga orang-orang melihat mereka sebelah mata. Juga membuat mereka susah karena harus duduk lama dan menunggu agar dapat sedekah. Jika ini yang terjadi, maka meminta didoakan dengan cara seperti ini dilarang berdasarkan firman Allah Ta'ala,
قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun." (QS. Al-Baqarah: 263)
Sesungguhnya megeluarkan sedekah akan mendatangkan pahala yang banyak dan ganjaran yang besar selama tidak diiringi dengan sesuatu yang menyakiti dan menyusahkan orang yang diberi. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلا أَذًى لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.i" (QS. Al-Baqarah: 262)
Maka yang paling utama seseorang bersedekah dengan tetap memuliakan orang yang diberi serta tidak membuat mereka susah. Jika perlu sedekah yang dikeluarkannya diantar ke rumah orang yang diberi. Ia tidak boleh menyusahkan dan membebani mereka doa kebaikan untuknya agar lebih sempurna pahala sedekahnya. Sebaiknya ia berdo'a sendiri kepada Allah dengan menjadikan sedekahnya tersebut sebagai wasilah. Allah Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

HADAPILAH MASALAH ITU



Bismillah

Banyak yang berhenti karena masalah untuk mencapai tujuannya. Terutama tujuan positif, yang berupa keinginan untuk hidup. Mungkin kita pernah atau sering mendengar kalimat seperti ini:

“Saya ingin bisnis, masalahnya saya tidak punya modal.”

“Saya ingin bisnis, masalahnya saya tidak bisa.”

“Saya ingin bisnis, masalahnya saya tidak punya waktu.”

“Saya ingin dakwah, masalahnya akhlaq saya sendiri masih belum bener.”

“Saya ingin datang tepat waktu, tapi masalahnya harus mengurus anak dulu.”

“Saya ingin menulis, tapi masalahnya saya tidak punya komputer.”

“Saya ingin …., masalahnya saya tidak ….”

Cukup akrab? Atau Anda sendiri sering mengatakan hal yang serupa?

Apa yang diharapkan orang mengatakan ini?

Maklum, ya mungkin orang lain akan memakluminya.

Coba simak cerita sederhana dibawah ini:

Bos:  “Kenapa kamu sering datang terlambat kerja?”

Bawahan: “Masalahnya saya harus ngantar anak dan istri saya.”

Bos: “Kenapa ngantar anak istrinya tidak lebih pagi? Sehingga kamu tidak terlambat kerja.”

Bawahan: “Masalahnya motor saya cuma satu sementara kerja istri dan sekolah anak beda arah.”

Bos: “Baiklah, saya memaklumi Anda.”

Bawahan: “Terima kasih bos telah memaklumi saya.”

Bos: “Kamu juga harus memaklumi saya, kalau saya cari pengganti kamu.”

Bawahan: “Kenapa bos? Jangan pecat saya…”. kaget.

Bos: “Masalahnya, pekerjaan jadi terganggu kalau kamu sering terlambat. Saya memaklumi kamu, saya harap kamu memaklumi saya juga. Jadi kita sama-sama punya masalah dan saling memaklumi. OK?”

Bosnya kejam? Tidak juga, jika bicara dalam bisnis, business is business. Masih ada orang lain yang bisa datang tepat waktu meski sama-sama punya keterbatasan, sama-sama punya masalah. Namun mereka tidak kalah atau tidak berhenti dengan masalah yang dihadapinya.

 

Berusahalah Untuk Mengatasi Masalah Anda

Jika Anda sedang menghadapi masalah yang menghambat Anda dalam bisnis, dakwah, atau pun karir Anda, carilah solusinya. Jangan bertanya bagaimana solusi masalah Anda disini. Kadang suka ada orang yang malah merengek, “Lalu, bagaimana donk solusinya?”. Silahkan cari solusi masalah Anda. Anda akan bisa jika mau berusaha.
Mungkin saya atau siapa pun bisa memberikan solusi suatu masalah, namun apakah setiap masalah Anda harus berharap solusi dari orang lain? Jika Anda merasa kesulitan dalam mengatasi setiap masalah, jangan merengek, namun tingkatkan ilmu, keterampilan, dan kreativitas Anda. Jika tidak mampu mengatasi masalah, artinya ada yang kurang dalam diri Anda, perbaikilah.
Akan ada orang yang siap membantu Anda. Banyak orang baik di dunia ini. Namun apakah Anda akan terus dikasih ikan? Padahal Anda bisa belajar memancing ikan sendiri. Apakah Anda nunggu disuapin terus? Kapan mandirinya?
Berusalah untuk mandiri, jangan menggantungkan terus pada orang lain. Cari solusi, jika belum bisa, teruslah belajar sampai mampu mengatasi setiap solusi Anda.

 

Belajar Menjadi Kunci Setiap Masalah

Jika Anda merasa selalu sulit mengatasi masalah yang ada di depan Anda, artinya kemauan belajar Anda harus ditingkatkan. Belajar perlu proses. Jangan berharap bisa mendapatkan ilmu yang banyak atau strategi yang jitu hanya dengan membaca artikel. Lebih parah lagi, membaca artikel saja sudah mengeluh. Jangan berharap langsung pintar hanya dengan membaca SMS atau status FB.
Bersabarlah dalam belajar, sebab belajar perlu proses, bahkan saat mengaplikasikan hasil belajar pun bisa jadi harus mencoba dan mencoba lagi. Jangan berharap solusi instan karena Anda tidak akan pernah berkembang. Solusi instan juga akan meracuni Anda, sebab Anda akan melupakan solusi yang sebenarnya. Carilah solusi yang benar-benar bermanfaat untuk jangka panjang, meski itu butuh proses.

 

Bertumbuhlah

“Saya ingin bisnis, tapi saya tidak bisa bisnis.”
Itu dikatakannya sejak lama, bertahun-tahun yang lalu. Sekarang? Masih saja belum bisnis.
Itu payah, sudah sadar akan ketidak mampuan diri namun tetap saja memeliharanya. Kerja terlambat, terus saja terjadi meski sudah berbulan-bulan. Itu artinya Anda tidak pernah tumbuh, membiarkan masalah dan ketidak mampuan ada dalam diri Anda. Selanjutnya hanya berharap belas kasihan dan maklum dari orang lain. Padahal dia sendiri tidak memaklumi kekesalan orang lain atas kelakuan dirinya.
Bertumbuhlah, jangan diam saja. Jangan biarkan masalah bersama Anda. Sebab masalah baru akan datang, akan semakin menumpuk, dan Anda akan semakin berat tertekan. Cepat selesaikan masalah Anda, bertumbuhlah agar mampu mengatasi setiap masalah yang datang.

 

Ubahlah Jadi Pekerjaan

Mulai sekarang, ubahlah setiap masalah menjadi pekerjaan. Dengan demikian, pikiran kita akan fokus pada solusi.
Yuk kita buat contohnya agar mudah dipahami. Sebagai contoh adalah masalah tidak modal. Jika Anda memang tidak punya modal uang, sementara ingin membangun bisnis, maka tanyakan pada diri Anda, “Apa yang harus saya lakukan?” Lebih spesifiknya:
“Apa yang harus saya lakukan agar bisa memiliki modal uang?”
“Apa yang harus saya lakukan agar bisa berbisnis meski tidak punya uang?”
Kedua pertanyaan ini, jauh lebih memberdayakan Anda ketimbang hanya mengeluh. Ketimbang merengek kepada orang lain agar diberi solusi (baca uang). Bertanyalah maka jawaban akan datang, cepat atau lambat. Jika jawaban tidak kunjung datang, artinya Anda harus belajar lagi. Bukan berkata “harus bagaimana lagi?”.
Belajarlah!

DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU



~ DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU ~

BismillahirrRahmanirrRahim ...


Alkisah ada seorang raja yang terkenal dengan kebijaksanaanny­a.

Dan pada suatu hari, sang raja meminta kepada tukang emasnya yang sudah tua renta untuk menuliskan sesuatu di dalam cincinnya.

Raja berpesan, “Tuliskanlah sesuatu yg bisa kamu simpulkan dari seluruh pengalaman & perjalanan hidupmu, supaya itupun bisa menjadi pelajaran untuk hidup saya”.

Berbulan-bulan si tukang emas yang tua itu membuat cincinnya, lalu lebih sulitnya menuliskan apa yang penting di cincin emas yang kecil itu.

Akhirnya setelah berdoa & berpuasa, si tukang emas itupun menyerahkan cincinnya pada sang raja.

Dan dengan tersenyum, sang raja membaca tulisan kecil di cincin itu.
Bunyinya,

“THESE TOO, WILL PASS”
(“DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU”).


Awalnya sang raja tidak terlalu paham dengan apa yang tertulis di sana.

Tapi, suatu ketika, tatkala menghadapi persoalan kerajaan yang pelik, akhirnya ia membaca tulisan di cincin itu & ia pun menjadi lebih tenang,

“Dan inipun akan berlalu.”

Dan tatkala ia sedang ber-senang-sena­ng, ia pun tak sengaja membaca tulisan di cincin itu, lantas ia menjadi rendah hati kembali.

Betul!

Ketika kita lagi punya masalah besar ataupun sedang lagi kondisi terlalu gembira, ingatlah kalimat itu, “Dan inipun akan berlalu.”

Kalimat ini, kalau direnungkan dengan bijak akan mengantarkan diri kita pada keseimbangan hidup.

Tidak ada satupun yang langgeng.

Jadi, ketika kita punya masalah, tidaklah perlu terlalu bersedih.

Tapi, tatkala kita lagi senang, nikmatilah selagi kita bisa senang

Ingatlah….

Apapun yg kita hadapi saat ini, semuanya akan berlalu.



Semoga bermanfaat

BOLEHKAH AKU MEMINTA DILAHIRKAN KEMBALI


 
 
 
 
BOLEHKAH AKU MEMINTA  DILAHIRKAN KEMBALI

 
Bismillah
 
Alicia Korelina. Aku adalah gadis cantik dengan mata hijau sebagai penyempurna kecantikanku. Aku dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang harmonis dan berkecukupan. Karena keluarga jualah aku menjadi seorang yang berprestasi dari bangku dasar. Singkatnya aku adalah gadis yang beruntung karna aku memiliki semua kesempurnaan itu.

Kehidupan itu tak berjalan selamanya. Kehancuran itu berawal dari pertengkaran hebat antara mama dan papa di suatu malam.
“Dasar. Istri tak tau diuntung. Aku seperti karna kau dan Alice. Dan sekarang kau tuduh aku berselingkuh? Dimana otakmu?”
“Lalu siapa perempuan itu? Apa itu yang tidak berselingkuh?”
PLAK.Papa melakukannya tepat di depan mata kepalaku. Tangan itu yang biasanya melindungiku dan mama, kini malah menampar wajah mama. Aku hanya menangis. Berusaha berteriak, namun suara ini tertahan untuk keluar. Berbulan-bulan aku hidup berdampingan dengan kejadian gila ini. Dan selama itu pula aku selalu berharap agar kejadian gila itu segera berakhir.

Doaku terkabul.Kejadian itu berakhir dengan persidangan cerai di meja hijau. Aku benci ini. Bahkan sangat membencinya. Hilang sudah keluarga yang selalu aku banggakan selama ini.

Hari-hariku berjalan dengan kesunyian. Pagi yang biasanya hangat dengan gurauan mama dan papa, kini terasa hambar ketika yang ku temui seorang ibu yang sibuk dengan laptopnya tanpa mempedulikan kehadiran anaknya. Setiap pagi selalu sarapan dan berangkat seorang diri. Terkadang ketika aku berpapasan dengan mereka yang diantar oleh ayah ataupun ibunya, tak tertahan rasanya membendung air mata ini. Sungguh aku sangat merindukan kehidupan seperti mereka.

Tugas hari ini adalah mengarang.
“Ciptakan sebuah karangan yang menceritakan indahnya kehidupan keluarga kalian!”itu kalimat terakhir yang ku tangkap dari Bu Reno.

Semua murid langsung hanyut dalam kegiatannya. Tapi tidak denganku. Bagaimana mungkin aku akan menuliskan keluargaku yang telah hancur. Dan kali ini aku harus benar-benar mengarang.Menuliskan bahwa aku hidup di tengah keluarga yang harmonis dan saling menyayangi.

Nurani ku berontak membaca kata-kata yang penuh kebohongan itu. Ku buang kertas itu dan kali ini aku tak ingin lagi mengarang. Dengan cepat ku tulis ‘BERBULAN-BULAN AKU HIDUP DI TENGAH KELUARGA YANG PENUH KEKACAUAN.DAN KINI AKU MERINDUKAN KELUARGAKU WALAU AKU MEMBENCINYA.’
“Belum saatnya aku menjadi seorang pengarang,”desisku pelan dan menyerahkan karangan singkat itu kepada Bu Reno.

Tanpa ku sadari, Lucas membaca tulisanku. Dengan nada prihatin, ia menanyaiku dengan berbagai pertanyaan. Dengan rasa malu bercampur takut, ku jawab pertanyaannya satu persatu.Tanpa ku sadari aku telah menuturkan semua kisah pahitku kepada pemuda Kristen itu.
“Tenang Alice. Aku tak akan menceritakan kepada orang lain. Aku hanya ingin membantumu. Pakailah ini untuk menenangkan dirimu!” tuturnya sambil meletakan sebuah bungkusan berisi serbuk-serbuk putih ke dalam genggamanku.
*****

Malamnya, ku pandangi bungkusan kecil itu.Dengan rasa penasaran, ku buka bungkusan itu perlahan. Seketika muncul bau yang mencuat ke seluruh penjuru kamar. Ku hirup bau itu dalam-dalam. Lagi dan lagi. Benar yang Lucas katakan.Aku merasakan ketenangan karenanya. Dan sejak saat itu, narkotika menjadi bagian terpenting dalam hidupku.

Setiap malam aku dan Lucas tak pernah absen menghirup benda haram itu.Dari sanalah kedekatanku dengan Lucas berawal.Dan dari kedekatan itu timbul sebuah perasaan untuknya.

Sore itu Lucas mengajakku ke sebuah gereja. Gereja yang cukup besar dan mewah menurutku. Tepat di depan sebuah patung besar, Lucas menyatakan perasaan yang sama kepadaku. Sungguh, ini kali pertamanya aku mendengar kalimat itu setelah kehancuran keluargaku. Namun kalimatnya yang terakhir membuat darah ini berhenti mengalir.Aku tau maksud pembicaraannya.Tapi,mungkinkah aku melakukannya?
“Kita memang memiliki rasa yang sama.Tapi kita tak mungkin memiliki hubungan layaknya remaja lain. Aku yakin kau mengerti. Kita tidak dalam satu keyakinan.Kecuali kalau kau….”Lucas tak melanjutkan kalimatnya dan membiarkanku berpikir.

Ah. Ini benar-benar gila. Tapi tak ada salahnya aku terima. Toh selama ini aku tak lagi diperhatikan kedua orangtuaku. Jadi tak salah kalau aku memulai kebahagiaanku yang baru dengan Lucas.
“Kalau itu yang kau inginkan, kenapa tidak.Tak masalah bagiku menukar agama seperti yang kau inginkan,”jawabku mantap.
“Dan mulai saat ini, kau buka lagi Alicia Korelina. Tapi kau adalah Alicia Kristiani yang jauh kebih kuat dari Alicia Korelina,”jawabnya sambil tersenyum licik.

Malam itu Lucas tak datang ke rumahku. Aku tau dia pasti sangat sibuk dengan bandnya. Sadar Lucas tak akan datang, segera ku cari sabu-sabu yang kusimpan minggu lalu. Sial. Aku lupa barang dibawa Lucas bersama rekannya. Ku alihkan pandangan ke meja biru yang dulu selalu membantuku mengerjakan berbagai tugas. Aku menangkap sesuatu disana. Sebotol lem. Tanpa buang waktu, ku buka tutupnya dan kuhirup dalam-dalam.

Selang beberapa waktu zat itu sudah raib dari tempatnya. Sayangnya, aku masih ingin menghirupnya. Dengan gerakan lambat, ku ambil cutter di tas sekolahku. Ku toreskan cutter berkarat itu ke pergelangan kiriku. Darah merah dan segar mengalir sambil menebarkan aroma lem yang ku hirup tadi. Ku hirup kembali aroma yang ada di darahku. Berkali-kali aku melakukan hal yang sama. Dan pada toresan yang ke delapan belas, sesuatu di luar kendaliku terjadi. Cutter itu memutuskan nadi pergelangan kiriku. Darah bersih dan segar mengalir dengan sangat deras tanpa bisa ku hentikan.

Bayangan hitam berkelebat di kepalaku. Akankan ajal itu kan datang padaku malam ini? Tidak.Tidak boleh sekarang. Aku masih ingin bertemu dengan mama dan papa walau aku membenci mereka.
Bayangan papa berkelebat di benakku. Orang yang selalu mengajarkan aku dan mama untuk shalat tepat waktu. Bahkan ia tak segan-segan mencubit pipiku kalau aku melanggar perintahnya. Dan kini aku tak lagi menjalankan aturannya. Apa yang akan ia lakukan jika tau anaknya tak lagi seorang muslimah?

Tak ada lagi tenaga yang tersissa. Namun aku masih sempat memikirkan seorang mama dalam benakku. Dia sangat berharap agar kelak aku menjadi seorang dokter sepertinya. Tapi bagaimana kalau dia tau aku seorang pecandu narkoba? Dan mengorbankan waktu belajarku untuk bermain-main dengan benda haram itu? Cacian macam apa yang akan keluar dari mulutnya jika ia tau aku seperti ini?

Mataku mulai berkunang. Darah segar dari pergelanganku terus mengalir dengan deras. Kali ini aku ingin mengirim sebuah permohonan kecil kepada tuhan sebelum mulutku benar-benar terkunci untuk menuturkan permohonan ini. Dengan napas yang tak lagi teratur ku lepaskan permohonan kecil yang sangat menyesakkan itu.
“Tuhan, bolehkah aku dilahirkan kembali?”


DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/04/tuhan-bolehkan-aku-di-lahirkan-kembali.html#ixzz2GEsauUr5