inilah Sebab Utama Kebahagiaan Dunia-Akhirat
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam teruntuk hamba dna utusan-Nya, Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Sebab paling pokok dan paling utama
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat adalah iman dan amal Shalih. Hal ini
berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barang siapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Nahl: 97)
Allah mengabarkan dan menjanjikan kepada orang yang menggabungkan antara iman dan amal shalih dengan hayah thayyibah (kehidupan yang baik) di dunia dan balasan yang lebih baik di Daar Qarar (negeri dunia dan degeri keabadian/akhirat)
Hayah Thayyibah diperoleh dalam bentuk
tenangnya hati dan tentramnya jiwa serta tidak disibukkan dengan
godaan-godaan yang memalingkan hatinya. Bentuk lainnya, Allah memberikan
rizki yang halal lagi baik kepadanya dari jalan yang tak
disangka-sangka.
Ali bin Abi Thalib menafsirkannya dengan qana'ah (merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah).
Al-Dhahak berkata, "Ia (hayah thayyibah)
adalah rizki halal dan ibadah di dunia." Dalam perkataan beliau yang
lain, "Ia adalah amal ketaatan dan senang dengannya."
Yang benar menurut Ibnu Katsir, Hayah Thayyibah mencakup semua ini secara keseluruhan. hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih, "Sungguh
beruntung orang yang telah masuk islam, diberi rizki yang cukup, dan
diberikan rasa cukup (qana'ah) oleh Allah atas apa yang telah diberikan
kepadanya." (HR. Muslim, al-Tirmidzi dan Ahmad)
Imam Ahmad meriwayatkan dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إن الله لا
يظلم المؤمن حسنة يعطى بها في الدنيا ويثاب عليها في الآخرة وأما الكافر
فيعطيه حسناته في الدنياحتى إذا أفضى إلى الآخرة، لم تكن له حسنة يعطى بها
خيرًا
"Sesungguhnya Allah tidak menzalimi
kebaikan seorang mukmin, ganjarannya diberikan di dunia dan dibalas di
akhirat. Adapun orang kafir, semua kebaikan-kebaikannya diberikan
balasannya di dunia sehingga apabila di kahirat tidak ada lagi balasan
kebaikan yang akan diberikan kepadanya."
. . .
Sesungguhnya iman adalah syarat sah dan diterimanya amal shalih. Bahkan,
tidaklah disebut amal shalih kecuali dengan iman. . .
Perpaduan Iman dan Amal Shalih
Sesungguhnya iman adalah syarat sah dan
diterimanya amal shalih. Bahkan, tidaklah disebut amal shalih kecuali
dengan iman. Sementara iman menuntut amal shalih. Yakni keyakinan yang
mantap yang membuahkan amal shalih oleh anggota tubuhnya berupa
mengerjakan amal-amal wajib dan sunnah. Maka siapa yang menggabungkan
antara iman dan amal shalih, "maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan." (QS. Al-Nahl: 97)
Al-Imam Abu Bakar Muhammad bin Husain
al-Ajuri al-Syafi'I berkata: "Ketahuilah oleh kalian –semoga Allah
merahmati kami dan kalian- wahai Ahlul Qur'an, wahai Ahlul Ilmi, wahai
Ahlus Sunan wal Atsar, dan wahai orang-orang yang telah Allah 'Azza wa Jalla beri taufiq dalam dien ini berupa pengetahuan halal dan haram, Jika kalian mentadaburi Al-Qur'an sebagaimana Allah 'Azza wa Jalla telah perintahkan kepada kalian pastilah kalian tahu bahwa Alah 'Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada kaum mukminin beramal (shalih) sesudah mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dan sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla tidaklah
Allah memuji dan memberikan keridhaan kepada orang-orang beriman serta
memasukkan mereka ke dalam surga dan menjauhkan mereka dari neraka
kecuali dengan iman dan amal shalih. Allah telah menggandengkan amal
shalih bersama iman. Allah tidak memasukkan mereka ke surga hanya dengan
klaim iman semata sehingga mereka menggabungkan amal shalih yang telah
Allah beri beri taufiq kepadanya ke dalam imannya. Sehingga jadilah iman
seseorang itu tidak sempurna kecuali ia membenarkan dengan hatinya,
mengucapkan dengan lisannya, dan mengamalkan iman dengan anggota
badannya. Tidak diragukan lagi, siapa yang meneliti Al-Qur'an ia akan
mendapatkan sebagaimana yang telah aku sebutkan.
Ketahuilah –semoga Allah merahmati kami
dan kalian- sungguh aku telah meneliti isi Al-Qur'an, aku dapatkan di 59
tempat dari Kitabullan 'Azza wa Jalla apa yang telah aku sebutkan. Bahwa Allah Tabaraka Wa Ta'ala tidak
memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman semata.
tetapi Allah masukkan mereka ke dalam surga dengan rahmat-Nya kepada
mereka dan dengan taufiq-Nya kepada mereka berupa iman dan amal shalih."
.
. . Allah tidak memasukkan mereka ke surga hanya dengan klaim iman
semata sehingga mereka menggabungkan amal shalih yang telah Allah beri
beri taufiq kepadanya ke dalam imannya. . .
Kemudian beliau menyebutkan beberapa ayat Al-Qur'an, di antaranya:
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
"Dan sampaikanlah berita gembira
kepada mereka yang beriman dan beramal shalih, bahwa bagi mereka
disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya." (QS. Al-Baqarah: 25)
وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى
"Dan barang siapa datang kepada
Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal
saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang
tinggi (mulia)." (QS. Thaahaa: 25)
وَمَنْ
يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
"Barang siapa yang mengerjakan
amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang
beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya
walau sedikit pun." (QS. Al-Nisa': 124)
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barang siapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Nahl: 97)
'Iman' Semata Belum Cukup
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
mewanti-wanti hambanya agar tidak beragama seperti orang Ahli kitab
terdahulu. Beragama mereka berhenti pada klaim dan kebanggaan semata.
Mereka tidak ikuti pengakuan iman dengan ketundukan diri untuk taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani
mengatakan:"Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya".
Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?"." (QS. Al-Maidah: 18)
Imam Qatadah, al-Dhahak, dan selainnya
berkata: Kaum muslimin (para sahabat Nabi) dan ahli kita saling
berbangga. Ahlu Kitab berkata, "Nabi kami sebelum nabi kalian dan kitab
kami sebelum kitab kalian, karenanya kami lebih mulia di sisi Allah dari
kalian." Kaum muslimin menjawab, "Kami lebih mulia di sisi Allah
daripada kalian karena nabi kami adalah penutup para nabi dan kita kami
menjadi pemutus atas kitab-kita sebelumnya." Kemudian Allah turunkan,
لَيْسَ
بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا
يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا
نَصِيرًا
"(Pahala dari Allah) itu bukanlah
menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan
Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi
pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan
tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah." (QS. Al-Nisa': 123)
Kemudian Allah sebutkan siapa yang akan mulia disi Allah dan berhak memasuki surga-Nya,
وَمَنْ
يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
"Barang siapa yang mengerjakan
amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang
beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya
walau sedikit pun." (QS. Al-Nisa': 124)
.
. . berislam itu tidak cukup dengan berhayal dan berangan-angan semata.
Tapi harus ada aksi nyata dari keislamannya, berupa ketundukan diri
dan keiskhlasan untuk mengerjakan ketaatan dan amal shalih. . .
Kesimpulannya
Kebahagiaan di dunia dan akhirat
didapatkan dengan iman dan amal shalih. Klaim iman yang kuat namun
kosong dari amal shalih tidaklah mendatangkan manfaat bagi pelakunya.
Sehingga ia menggabungkan amal shalih dalam imannya.
Dari sini kita tahu, berislam itu tidak
cukup dengan berhayal dan berangan-angan semata. Tapi harus ada aksi
nyata dari keislamannya, berupa ketundukan diri dan keiskhlasan untuk
mengerjakan ketaatan dan amal shalih. Siapa yang sedikit amalnya tidak
akan menjadi mulia hanya karena keturunannya, jabatannya, atau
kekayaannya. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]