Adukanlah Keluh Kesahmu Hanya Kepada Al-Rahman!
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Saat sedih dan suntuk menghampiri. Saat
banyak dosa dan maksiat membuat sesak. Saat banyak hal yang
dicita-citakan dan diinginkan. Saat ada sesuatu yang sangat ditakutkan
dan dikhawatirkan. Bersimpuhlah di hadapan Al-Rahman (Dzat Maha Pengasih
dan Penyayang). Tunjukkan kebutuhan dan kelemahanmu. Adukanlah berbagai
keluh kesah dan hajatmu. "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86). Benar, kepada Allah semata engkau haturkan semuanya, bukan kepada seseorang-pun selain-Nya.
Jika engkau melakukan itu pasti Allah
mendengar keluh kesahmu dan mengabulkan doamu sebagaimana telah
dikabulkan doa-doa para nabi dan manusia pilihan terdahulu.
Adalah Nabi Ayyub 'Alaihis Salam melaporkan kondisinya kepada Allah, Tuhannya dan tuhan kita semua. Beliau berdoa,
أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (QS. Al-Anbiya': 83) maka Allah mendengarkan keluh kesahnya dan mengabulkan doanya serta menghilangkan penyakitnya.
فَاسْتَجَبْنَا
لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ
مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
"Maka Kami pun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan
mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan
bagi semua yang menyembah Allah." (QS. Al-Anbiya': 83)
Inilah kisah Nabi Yunus 'Alaihis Salam yang menyeru Tuhan-Nya, bermunajat kepada-Nya, dan menyampaikan keluh kesahnya. Beliau menyeru Allah,
فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
"Maka ia menyeru dalam keadaan yang
sangat gelap: Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang
yang zalim." (QS. Al-Anbiya': 87)
Allah mendengarkan keluh kesahnya dan mengabulkan doanya serta menghilangkan kesulitannya,
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
"Maka Kami telah memperkenankan
doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami
selamatkan orang-orang yang beriman." (QS. Al-Anbiya': 88)
Nabi kita Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah berkeluh kesah kepada Allah Ta'ala. Beliau menyeru kepada Allah,
اللهمّ
إليك أشكو ضعف قوّتي، وقلّة حيلتي، وهواني على النّاس، يا أرحم الرّاحمين،
أنتَ ربُّ المستضعفين وأنت ربّي، إلى مَن تَكِلُني؟ إلى بعيدٍ يتجهَّمني؟
أم إلى عدوٍّ ملّكتَه أمري؟ إن لم يكن بك غضبٌ عليَّ فلا أبالي، ولكن
عافيتك هي أوسع لي، أعوذ بنور وجهِك الذي أشرقتْ له الظّلمات، وصَلَح عليه
أمر الدّنيا والآخرة من أن تُنْزِل بي غضبَك، أو يحلّ عليَّ سخطك، لك
العُتْبَى حتى ترضى، ولا حول ولا قوّة إلا بك
"Ya Allah, kepadaMu ku mengadu
kelemahanku, kekurangan daya upayaku dan kehinaanku pada pandangan
manusia. Wahai Dzat Paling Penyayang, Engkaulah Tuhan orang yang
ditindas dan Engkau adalah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau menyerahkan
diriku ini? Kepada orang asing yang akan menyerangku ataukah kepada
musuh yang menguasai aku? Sekiranya Engkau tidak murka kepadaku, maka
aku tidak peduli. Namun afiat-Mu sudah cukup buatku. Aku berlindung
dengan Nur wajah-Mu yang menerangi segala kegelapan dan teratur segala
urusan dunia dan akhirat di atasnya, daripada Engkau menurunkan
kemarahan-Mu kepadaku atau Engkau murka kepadaku, KepadaMulah aku tetap
merayu sehingga Engkau ridha. Tiada daya (untuk melakukan kebaikan) dan
tiada upaya (untuk meninggalkan kejahatan) kecuali dengan petunjukMu." (HR. Al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir: 13/73 dan dihassankan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya: 7/267)
. . . Saat engkau datang dan mengadukan keluh kesah kepada Allah, engkau harus mengenakan perhiasan sabar. Tidak mengadu kepada makhluk bersama Allah. Jangan pernah bosan dan marah. . .
Sejarah telah mencatat, seorang wanita lemah mengadu kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
tentang suaminya, lalu Allah mendengarkan keluh aduannya. Allah
turunkan jawabannya dalam beberapa ayat yang senantiasa dibaca sampai
hari kiamat.
قَدْ
سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي
إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ
بَصِيرٌ
"Sesungguhnya Allah telah mendengar
perkataan wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya,
dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab
antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat." (QS. Al-Mujadilah: 1)
Sesungguhnya Allah suka mendengar
hamba-Nya yang berkeluh kesah dan mengadu kepada-Nya. Sebaliknya, Dia
murka jika hamba berkeluh kesah dan mengadu kepada makhluk-Nya. Ibnul
Qayyim berkata, "Allah menginginkannya agar ia menundukkan dan
merendahkan diri kepada-Nya. Allah Ta'ala murka kepada orang yang
berkeluh kesah kepada makhluk-Nya. Dia suka kepada orang yang
menghaturkan problemnya kepada-Nya. Dikatakan kepada sebagian mereka:
Bagaimana kamu mengadu kepada-Nya semenntara tidak ada sesuatu yang
tertutupi darinya? Maka ia menjawab: Tuhanku ridha kepada sikap rendah
diri hamba kepada-Nya." ('Uddah al-Shabirin wa Dzahirah al-Syakirin: 36)
Saat engkau datang dan mengadukan keluh
kesah kepada Allah, engkau harus mengenakan perhiasan sabar. Tidak
mengadu kepada makhluk bersama Allah. Jangan pernah bosan dan marah.
Karena engkau mengadu kepada Pencipta yang Maha Penyayang, Pengasih, dan
Berkuasa atas segala sesuatu. Engkau tidak sedang mengadu kepada
makhluk lemah yang tak kuasa menghadirkan kemanfaatan dan menghindarkan
kemudharatan untuk dirinya.
Umar Radhiyallahu 'Anhu
berkata, "berkeluh kesah kepada makhluk tidak lain akan membuat sedih
saudaramu atau membuat gembira musuhmu." (Muhadharaat al-Udaba' wa
Muhawaraat al-Syu'ara' wa al-bulaghaa', Al-Asfahani: 524)
Berkeluh kesah kepada selain Allah
adalah kehancuran dan kejahilan. Ibnul Qayyim berkata: "Orang jahil
adalah orang yang mengadukan Allah kepada manusia. Ini puncak kejahilan
terhadap yang diadukan dan orang yang dipilih untuk mengadu. Jika ia
mengenal Tuhannya pasti tidak akan mengadukan-Nya. Kalau ia mengenal
manusia pasti ia tidak akan mengadu kepada mereka. Sebagian salaf
menilai seseorang yang mengadukan kemiskinan dan kebutuhannya kepada
orang lain. Lalu ia berkata: Wahai ini, Demi Allah tidaklah engkau
menambah atas keluh kesahmu kepada orang yang mengasihimu. . . Orang
yang 'arif akan berkeluh kesah (mengadu) kepada Allah semata. dan Orang
yang paling 'arif adalah orang yang menjadikan keluh kesahnya kepada
Allah melalui dirinya sendiri, tidak melalui orang." (Al-Fawaid, Ibnul
Qayyim: 87)
. . . Berkeluh kesah kepada selain Allah adalah kehancuran dan kejahilan. . .
Ibnu Taimiyah berkata: "Dan setiap orang
yang menggantungkan hatinya kepada para makhluk agar mereka
menolongnya, memberi rizki kepadanya, atau memberi petunjuk kepadanya
pasti ia akan menundukkan hatinya kepada mereka. Sehingga dalam dirinya
ada ubudiyyah (penyembahan) kepada mereka sedakar dengan hal itu."
(Al-'Ubudiyyah, Ibnu Taimiyyah: 87)
Namun demikian, tidak mengapa
menyampaikan keluh kesah dan mengungkapkan kebutuhan Anda kepada
orang-orang yang memiliki kehormatan yang bersamaan dengan itu, ia
memperbagus tawakkalnya dan memperkuat ketergantungannya kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala.
Ini berlaku dalam urusan duniawi yang mereka mampu mewujudkannya.
Karena Allah telah ciptakan mereka bermasyarakat dan menjadikan sebagian
mereka membutuhkan kepada sebagian yang lain. "Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain
beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian
yang lain." (QS. Al-Zukhruf: 32)
Semoga Allah memberikan taufik-Nya
kepada kita untuk senantiasa memperbagus keimanan kita, menguatkan
tawakkal dan ketergantungan kepada-Nya semata, meningkatkan ketaatan
untuk-Nya, dan menjauhkan kita dari bermaksiat terhadap-Nya. Wallahu
Ta'ala A'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar